- BANJIR
Penyebab banjir di Jakarta terdiri dari 3 faktor utama. Seperti
kemacetan, banjir ini juga merupakan masalah lama yang harus diatasi
secepat mungkin tak peduli siapa pun yang menjadi Gubernur Jakarta.
Apalagi Jakarta sebagai pusat ibukota.
3 faktor yang menjadi penyebab banjir di Jakarta ialah:
1. Penyempitan sungai/kali
Ery
Basworo yang menjabat Kepala Dinas Pekerjaan Umum di Pemprov DKI
Jakarta menyatakan bahwa penyebab banjir di Jakarta catchment area (area
tangkapan) sungai sudah semakin berkurang. Khususnya di Jakarta Timur,
Jakarta Selatan dan Jakarta Barat.
Contohnya bisa dilihat di Kali
Krukut yang lebarnya rata-rata hanya lima meter. Padahal lebar normalnya
‘seharusnya’ sepuluh meter.
Di Jakarta, lebar sungai kebanyakan
hanya sekitar lima meter. Padahal agar berfungsi sebagai area tangkapan
yang normal, setidaknya dibutuhkan lebar sepanjang 20 meter.
Lalu
apa penyebab kali tersebut jadi sempit? Banyak bangunan di samping kali
yang membuat lebar kali dipangkas jadi lima meter saja. Serta banyaknya
sampah yang dibuang di kali juga ikut berperan serta sebagai penyebab
utama Jakarta kebanjiran. Sampah-sampah itu selain mengurangi daya
tampung kali, juga menghambat aliran air.
2. Kali meluap
Kali
Angke, Kali Ciliwung, Kali Krukut dan Kali Pesanggrahan meluap sehingga
beberapa wilayah Jakarta dan Tangerang terendam air.
Selain
karena penyempitan yang disengaja, penyempitan karena sampah dan faktor
kedalaman sungai yang ‘dihemat’ membuat semuanya masuk akal bila
kali-kali di Jakarta meluap dengan mudahnya. Apalagi di musim hujan,
meski intensitas curah hujan tak begitu besar, meluapnya beberapa kali
sudah cukup untuk membuat banjir kiriman.
Dalam hal ini berarti curah hujan tak bisa disalahkan.
3. Daerah hulu terpisah
Menurut
Alex Noerdin, daerah hulu seperti Bogor dan Cianjur harus digandeng.
Selain itu, beberapa wilayah seperti Tangerang, Bekasi dan Depok juga
perlu digandeng agar banjir tak lagi menyerang Jakarta. Wilayah Jakarta
itu sendiri juga harus dibenahi.
Bisa disimpulkan, banjir di Jakarta disebabkan karena kelalaian sendiri. Sungai yang seharusnya bisa menampung air hujan malah berfungsi tidak sebagaimana mestinya. Serta pengaturan tata letak kota yang seharusnya bisa mengantisipasi banjir, apalagi sekelas ibukota. Tentunya pihak pemerintah menjadi sorotan utama dalam kasus ini.
Jakarta
dilanda banjir pada beberapa wilayah seperti kawasan Lebak Bulus,
Kemang, Pondok Labu, Jalan Ciledug Raya, Pesanggrahan, Jatinegara, Kebon
Jeruk dan Kampung Melaya. Parahnya, ketinggian air mencapai satu hingga
dua meter.
Banjir yang disebabkan guyuran hujan mulai Senin (2/4)
tersebut membuat banyak warga yang memilih mengungsi. Pemerintah
diharapkan segera mengantisipasi dan menyediakan berbagai kebutuhan
masyarakat, terutama bantuan akan pencegahan penyakit yang disebabkan
banjir.
KEMACETAN
Menurut saya penyebab utama kemacetan di Jakarta adalah
1. Tidak adanya pelebaran jalan. Sedangkan jumlah kendaraan bermotor terus bertambah dari tahun ke tahun. Sebagian pajak kendaraan seharusnya disisihkan untuk biaya pelebaran atau pembuatan jalan baru.
2. Kemakmuran yang membuat semua orang mampu beli kendaraan, ditunjang pula oleh sistem perkreditan. Juga kota Jakarta sebagai tujuan migrasi membuat padat kota ini.
3. Putaran Arah (U-Turn). Ini tidak di-design dengan baik. Hampir pada setiap u-turn terjadi kemacetan. Bagian tata kota khususnya lalu lintas tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak kasus kendaraan melakukan u-turn sampai 2 atau 3 jalur sedangkan lebar jalan hanya 4 jalur.
4. Perilaku kendaraan umum menaikkan dan menurunkan di sembarang tempat. Sering kali juga menaikkan atau menurunkan penumpang di tengah2 jalan karena sopirnya malas menepi!
5. Adanya kendaraan dengan ukuran sedang seperti Bajaj! Jika sedang dalam kemacetan, seringkali Bajaj menyelinap di antara 2 mobil. ni menghambat Arus jalan yang sebenarnya bisa digunakan oleh pengendara sepeda motor. Sopir Bajaj merasa muat kali untuk masuk di celah2 kemacetan dan akhirnya malah memperparah kemacetan itu sendiri. Bayangkan kemacetan mobil itu adalah tubuh kita dan celah2 kemacetan itu arus darah tubuh kita. Dan Bajaj itu adalah gumpalan minyaknya yang menghambat arus darah.
6. Hujan, cukup setengah jam saja bisa membuat Jakarta macet total. Lagi - lagi sistem tata kota yang kurang apik. Alasan lainnya semua memilih naik mobil sendiri dan pada akhirnya mempersempit jalan sehingga membuat kemacetan yang panjang.
7. Kesalahan teknis seperti lampu lalu lintas yang mati. Ataupun ada kendaraan yang mogok di tepi atau tengah jalan.
8. Persimpangan tanpa lampu lalu lintas
9. Rendahnya disiplin kita semua. Baik pemilik mobil, motor, sopir kendaraan umum, penumpang kendaraan umum, pengguna jalan, pedagang kaki lima. Semua turut mempunyai Andil dalam kemacetan di Jakarta.
1. Tidak adanya pelebaran jalan. Sedangkan jumlah kendaraan bermotor terus bertambah dari tahun ke tahun. Sebagian pajak kendaraan seharusnya disisihkan untuk biaya pelebaran atau pembuatan jalan baru.
2. Kemakmuran yang membuat semua orang mampu beli kendaraan, ditunjang pula oleh sistem perkreditan. Juga kota Jakarta sebagai tujuan migrasi membuat padat kota ini.
3. Putaran Arah (U-Turn). Ini tidak di-design dengan baik. Hampir pada setiap u-turn terjadi kemacetan. Bagian tata kota khususnya lalu lintas tidak menjalankan tugasnya dengan baik. Banyak kasus kendaraan melakukan u-turn sampai 2 atau 3 jalur sedangkan lebar jalan hanya 4 jalur.
4. Perilaku kendaraan umum menaikkan dan menurunkan di sembarang tempat. Sering kali juga menaikkan atau menurunkan penumpang di tengah2 jalan karena sopirnya malas menepi!
5. Adanya kendaraan dengan ukuran sedang seperti Bajaj! Jika sedang dalam kemacetan, seringkali Bajaj menyelinap di antara 2 mobil. ni menghambat Arus jalan yang sebenarnya bisa digunakan oleh pengendara sepeda motor. Sopir Bajaj merasa muat kali untuk masuk di celah2 kemacetan dan akhirnya malah memperparah kemacetan itu sendiri. Bayangkan kemacetan mobil itu adalah tubuh kita dan celah2 kemacetan itu arus darah tubuh kita. Dan Bajaj itu adalah gumpalan minyaknya yang menghambat arus darah.
6. Hujan, cukup setengah jam saja bisa membuat Jakarta macet total. Lagi - lagi sistem tata kota yang kurang apik. Alasan lainnya semua memilih naik mobil sendiri dan pada akhirnya mempersempit jalan sehingga membuat kemacetan yang panjang.
7. Kesalahan teknis seperti lampu lalu lintas yang mati. Ataupun ada kendaraan yang mogok di tepi atau tengah jalan.
8. Persimpangan tanpa lampu lalu lintas
9. Rendahnya disiplin kita semua. Baik pemilik mobil, motor, sopir kendaraan umum, penumpang kendaraan umum, pengguna jalan, pedagang kaki lima. Semua turut mempunyai Andil dalam kemacetan di Jakarta.
nice info :)
BalasHapuswew banjir...!!
BalasHapus